Letusan Gunung Toba 74 ribu tahun lalu berdampak dari  timbulnya Danau Toba, yang menjadi ikon domestik hingga internasional,bahkan menjadi kebanggaan khusus orang Batak.

Tapi tahukah kalian bahwa efek dari meletusnya gunung toba (super eruption) dari gunung api super raksasa (super volcano) tersebut menggunjang setengah dari isi muka bumi ini bahkan hampir memusnahkan seluruh kehidupan?

Ya, efek dari letusan itu tidak hanya berdampak pada Pulau Sumetera saja, tetapi juga seluruh bumi. Bahkan, beberapa sumber website mengatakan, bahwa bumi hampir ‘kiamat’ akibat dari letusan gunung toba maha dahsyat tersebut.

Meskipun tidak ada catatan sejarah yang dapat dipercaya mengenai dampak dari letusan gunung tersebut, tetapi sejumlah peneliti berhasil membuktikan bahwa efek dari erupsi Gunung Toba membuat kehidupan umat manusia terganggu di bumi:

Ada beberapa hasil dari penelitian terkait dampak letusan Gunung Toba 74 ribu tahun lalu:

Bumi Gelap Total Selama 8 Bulan

Pada saat meletusnya Gunung Toba meletus 74 ribu tahun yang lalu, jutaan ton asam sulfat disemburkan hampir ke semua muka bumi hingga stratosfer. Akibatnya, bumi gelap total selama 8 bulan yang pastinya menggangu makluk hidup.

Ilmuan bernama Mayewski Zielinski dari Universitas Maine dan MIchael Rampino dari Universitas New York bahkan menyebut kegelapan total ini sebagai petaka besar bagi semua isi permukaan bumi terutama umat manusia kala itu.

Namun, Hans Graf dari Universitas Cambridge memberi tanggapan tentang dari letusan gunung toba. Menurutnya, Gunung Toba lebih besar memproduksi abu ketimbang sulfur,jadi tanggapan mereka terlalu berlebihan.

Bumi Kering dan Sangat Dingin Selama 6 Tahun

Selain dari gelap total, efek-letusan maha dahsyat Gunung Toba bumi juga mengalami kekeringan dan suhu yang sangat extrim. Hal ini terjadi karena perubahan suhu,dan hujan tidak turun ke bumi.

Akibat letusan gunung toba, hampir setengah dari isi bumi mengalami kekeringan.

Selain keringan, suhu di bumi juga sangat dingin pada saat itu. Bahkan, masa meletusnya gunung toba ini dikenal sebagai fase terdingin pada zaman pleistosen, dari epos seperti 2,5 juta tahun lalu hingga 11 ribu tahun silam.

Ada beberapa ilmuan yang menyimpulkan bahwa suhu bumi turun hinggal 5 derajat celcius, namun ilmuwan lain menyebut 10 derajat celcius yang belum pasti keberannya.

sepertinya tidak bisa dipercaya seperti apa ledakan gunung toba ini,Namun yang pasti, letusannya adalah bencana besar bagi isi bumi.

Manusia dan Hewan Kelaparan

Hampir semua dari permukaan bumi gelap, kering dan dingin selama 6 tahun, jelas sangat menyusahkan manusia dan makluk hidup lainya ,seperti tumbuhan tidak bisa untuk ber potosintesis dan pastinya melambat karena tidak ada sinar matahari, dan juga menghancurkan sumber pangan manusia dan makluk hidup lainya,

Sejumlah ahli vulkanologi memperkirakan jumlah umat manusia tersisa pasca-letusan Toba tinggal 5.000 jiwa.

Kemacetan Populasi Manusia

Ilustrasi Ledakan Dahsyat Gunung Toba
Ilustrasi Ledakan Dahsyat Gunung Toba

Para peneliti DNA menemukan homo sapiens (manusia purba) yang mengalami kemacetan populasi (population bottleneck) pada periode 71 ribu tahun lalu, atau 3.000 tahun setelah Gunung Toba meletus.

Para peneliti kemudian menarik hubungan kausalitas (sebab-akibat) akibat dari dua fenomena tersebut.

Baca Juga : Batasi Keramba Demi Kelestarian Danau Toba

 Resepsi Aturan Cara Pernikahan Adat Batak Toba

Antropolog dari Universitas Illinois, Stanley H Ambrose, memberi kesimpulan bahwa letusan Gunung Toba 74 ribu tahun lalu itulah yang menyebabkan musim dingin pada 71 ribu – 60 ribu tahun silam, yang kemudian menyebabkan kemacetan perkembangan dari populasi manusia.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *