Selain menjual tempat wisata rekreatif, Indonesia juga memiliki beragam jenis wisata adat yang bersifat historis. Salah satunya adalah Kampung Adat Bena Ngada Bajawa yang terletak di Flores, Nusa Tenggara Timur. Berikut merupakan informasi yang perlu kalian ketahui sebelum mengunjungi Kampung Adat ini.

Lokasi

Kampung adat ini terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Lokasinya berada di puncak bukit, di mana pengunjung bisa menikmati pemandangan langsung dari Gunung Inerie. Perkampungan ini merupakan perkampungan megalitikum dan sarat akan kepercayaan adat.

Untuk sampai di kampung ini, kalian akan membutuhkan moda transportasi berupa kendaraan roda 4 ataupun roda 2. Jarak tempuh dari Bajawa menuju kampung ini sekitar 19 kilometer, dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam.

Infrastruktur Kampung

Terdiri atas 40 buah rumah yang terletak pada badan kampung yang memanjang. Akses masuk kampung ini hanya dari bagian Utara karena bagian Selatan berbatasan langsung dengan tebing yang terjal.

Jika kalian berjalan hingga ke bagian tengah kampung, terdapat lapangan yang berisikan bangunan yang disebut Bhaga dan juga Ngadhu. Bhaga merupakan pondok kecil tidak berpenghuni, sementara Ngadhu merupakan bangunan bertiang tunggal yang bersifat keras dan kokoh. Keduanya berfungsi sebagai lokasi acara adat di Kampung Adat Bena Ngada Bajawa.

Peninggalan zaman megalitikum yang terdapat di kampung ini adalah batu besar berbentuk lonjong yang diberi nama Watu Lewa. Selain itu juga terdapat meja yang bernama Nabe. Keduanya merupakan elemen penting dalam ritual adat masyarakat setempat.

Penduduk dan Kepercayaan

Mayoritas penduduk kampung adat ini termasuk bagian dari Suku Bajawa. Pria Bena bermata pencaharian sebagai peladang terutama komoditas kopi, sementara itu Wanita Bena bermata pencaharian dengan membuat kain tenun. Namun tidak jarang juga yang berprofesi sebagai peladang.

Meskipun sudah terjamah kemajuan teknologi, masyarakat penduduk kampung adat ini memilih untuk menerapkannya secara terbatas. Utamanya, hanya energi listrik yang digunakan untuk penerangan daerah. Hal ini dilakukan untuk menjaga pola hidup dan budaya masyarakat yang diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu.

Sementara itu, penduduk asli Bena tidak melakukan perubahan pada lahan pemukiman. Ini merupakan cara mereka untuk menjaga alam, sehingga mereka tidak mengubah kontur asli tanah yang berbukit. Mereka juga memiliki keyakinan atas adanya Dewa Yeta yang memiliki singgasana di gunung Inerie dan berlaku sebagai penjaga kampung adat ini.

Salah satu kepercayaan yang dianut oleh penduduk kampung adat ini adalah bentuk perkampungan yang menyerupai perahu. Hal ini diperkirakan memiliki kaitan dengan wahana bagi para arwah untuk menuju alam selanjutnya. Bentuk perahu Kampung Adat Bena Ngada Bajawa juga mencerminkan nilai-nilai seperti kerja sama, gotong royong, dan kerja keras.

Perkampungan Megalitikum Lainnya

Selain Kampung Adat Bena Ngada Bajawa, ada beberapa perkampungan megalitikum yang mungkin akan membuat kalian tertarik.

1. Desa Kamal

Desa ini terletak di Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur dan merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Peninggalan megalitikum yang unik ditemui di desa ini adalah batu kenong.

Batu kenong merupakan jenis batu dengan satu hingga dua tonjolan. Tersebar di berbagai lokasi di penjuru desa dan berjumlah sekitar 59 buah. Tonjolan pada batu kenong ini memiliki arti tersendiri, satu tonjolan berarti lokasi penguburan, sementara dua tonjolan digunakan untuk alas bangunan rumah.

2. Kampung Praiyawang

Jika di Flores ada Kampung Adat Bena Ngada Bajawa, maka Sumba, Nusa Tenggara Timur memiliki Kampung Praiyawang yang terletak sekitar 69 km di sebelah timur Kota Waingapu. Lokasi ini sangat menjunjung tinggi adat istiadat perkampungan Sumba.

Arsitektur rumahnya sangat menarik dan memiliki keunikan tersendiri. Kalian juga dapat menyaksikan barisan kuburan tua peninggalan zaman megalitikum yang merupakan milik bangsawan. Pada kuburan-kuburan tersebut, terdapat pahatan yang menjadi simbol sang pemilik makam.

3. Desa Bawomataluo

Desa yang terletak di Nias ini mendapatkan status sebagai Desa Budaya Warisan Dunia yang diberikan oleh UNESCO. Peninggalan megalitikum di desa ini disatukan dalam Situs Tetegewo dan diperkirakan telah ada sejak 5.000 tahun silam.

4. Kampung Siallagan

Kampung ini termasuk salah satu Destinasi Super Prioritas yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam Bahasa Batak, wilayah ini memiliki nama Huta Siallagan. Luas total dari areanya adalah 2.400 meter persegi dengan tembok batu setinggi 1,5-2 meter yang mengelilingi area perkampungan.

Bukan tanpa sebab, pagar batu ini bertujuan untuk menjaga desa dari serangan eksternal. Serangan tersebut dapat berupa binatang buas maupun serangan suku lainnya. Selain itu, dapat juga ditemukan batu berbentuk kursi dan meja yang dulunya berfungsi untuk menghukum pelanggar adat.

Itulah informasi yang perlu kalian ketahui tentang Kampung Adat Bena Ngada Bajawa. Ada banyak hal yang bisa kalian pelajari tentang sejarah kehidupan manusia di Indonesia, terutama sejak zaman megalitikum. Kalian juga bisa mengunjungi kampung adat lainnya untuk menyaksikan keunikan masing-masing wilayah.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *